Kamis, 12 Maret 2015

KELUCUAN MEREKA


pada tanggal 18  februari pukul 05.00 am masyarakat di perkampungan tile-tile[1] yang letaknya tak jauh dari pantai heboh karena ada seekor buaya muara yang terdampar dipantai tak jauh dari  pemukiman warga. Buaya itu ditemukan oleh seorang kakek tua yang sedang pergi mencari lakari [2] dan melihat sebongkah batang besar yang hanyut, iseng-iseng sang kakek menendang batang tersebut dan bergumam “batang ini sangat besar tapi saying saya tidak kuat lagi mengangkatnya”. Sang kakek menyangka bahwa yang ia tendang adalah batang besar yang hanyut terbawa arus laut dan perdampar dipantai, tapi betapa kagetnya ia ketika batang yang ia tendang terebut bergerak dan merangkak menjauh dari bibir pantai.

 Sang kakek memperhatikan lebih seksama lagi batang yang tadinya ia tendang, ternyata ia salah, yang ia tendang itu bukanlah batang pohon seperti sangkaannya tetapi seekor buaya tua yang sangat besar dan panjang. Karena kaget, ia pun berlari ke perkampungannnya dan bertiak memanggil orang-orang. Banyak penduduk setempat yang kaget dan tidak percaya dengan cerita sang kakek tua, sebagian lagi penasaran dengan wujud asli dari buaya yang diceritakan oleh sang kakek. 
Akhirnya ditemani sang kakek, penduduk yang berkumpul itu pergi ke tempat yang ditunjuk oleh sang kakek dan masih menemukan seekor buaya besar (panjangnya sekitar 5 meter)sedang terkapar lemah. Karena kaget dengan kebisingan disekitarnya buaya yang masih lemah ini tersadar dan berusaha menjauhi bibir pantai tetapi tetap saja ia dikerumuni oleh penduduk yang semakin lama semakin banyak. 
 
Karena merasa kasihan dan prihatin dengan kondisi buaya yang tidak berdaya ini beberapa penduduk bersepakat untuk mengangkatnya ke darat mulai membersihkan lumut dan tiram tebal yang ada dipnggung buaya. Dan  Alhamdulillah sang buaya pun bisa  diajak kompromi dan tidak mengamuk ketika dirinya dibersihkan  dan diangkat ke darat. Namun sayangnya setelah diangkat kedarat sang buaya bukannya mendapatkan ketenangan untuk istirahat, ia malah  menjadi bahan tontonan banyak orang.

Kabar buaya terdampar ini terdengar sampai ke beberapa perkampungan di  sekitar tile-tile yang diceritakan oleh beberapa  oengguna motor yang melewati pantai tile-tile.  Beberapa diantara mereka menyembatkan diri ntuk singgah dan berfoto. Kabar ini pun mengungkap beberapa kisah unik dari kepercayaan masyarakat setempat. Ada yang mengaku bahwa buaya ini adalah pertanda bahwa akan datang mara bahaya yang melanda perkampungan mereka, sebagian lagi percaya bahwa buaya ini adalah buaya penunggu di sangkulu-kulu[3], dan ada lagi sebagian besar mesyarakat setempat  yang berpendepat bahwa buaya ini adalah buaya jelmaan manusia karena memiliki 5 jari pada 2 kaki depannya. Dan pendapat terakhir inilah yang paling banyak diakui dan diyakini oelh masyarakat setempat. Bahkan ada beberapa penngnujung yang datang mengaku bahwa buaya ini adalah keluarganya sambil mengangis dan menahan rasa sedihnya yang dalam. 
foto pengunjung yang penasaran



Aneh rasanya jika ada yang mengaku bahwa ada beberapa manusia yang merasa memiliki keluarga hewan, terlebih lagi seekor buaya muara padahal sangat jelas secara biologis jumlah gen yang dimiliki buaya dan manusia berbeda. Namun inilah realita yang menggambarkan kondisi masyarakat kita yang masih memilih untuk percaya pada mitos dan cerita masa lalu ketimbang mencari kebenaran yang tersembunyi  dari sebah fakta.




[1] Salah satu dusun yang ada  di kabupaten kepulauan selayar prov. Sulawesi selatan.
[2] (pecahan-pecahan paralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik tebal yang hanyut terbawa arus laut dan terdampar dipantai, biasanya di kumpulkan oleh sebagian masyarakat selayar kemudian dijual kepada pengumpul dan selanjutnya dicacah kecil-kecil dan didaur ulang)
[3] Sangkulu-kulu adalah salah satu daerah yang memiliki sejarah dan tradisi tersendiri dan sering dijadikan sebagai tempat pesta rakyat oleh mayarakat yang ada di kecamatan bantosikuyu.