pada tanggal 18 februari pukul 05.00 am masyarakat di perkampungan tile-tile[1] yang letaknya tak jauh dari pantai heboh karena ada seekor buaya muara yang terdampar dipantai tak jauh dari pemukiman warga. Buaya itu ditemukan oleh seorang kakek tua yang sedang pergi mencari lakari [2] dan melihat sebongkah batang besar yang hanyut, iseng-iseng sang kakek menendang batang tersebut dan bergumam “batang ini sangat besar tapi saying saya tidak kuat lagi mengangkatnya”. Sang kakek menyangka bahwa yang ia tendang adalah batang besar yang hanyut terbawa arus laut dan perdampar dipantai, tapi betapa kagetnya ia ketika batang yang ia tendang terebut bergerak dan merangkak menjauh dari bibir pantai.
Sang kakek memperhatikan lebih seksama lagi batang yang tadinya ia tendang, ternyata ia salah, yang ia tendang itu bukanlah batang pohon seperti sangkaannya tetapi seekor buaya tua yang sangat besar dan panjang. Karena kaget, ia pun berlari ke perkampungannnya dan bertiak memanggil orang-orang. Banyak penduduk setempat yang kaget dan tidak percaya dengan cerita sang kakek tua, sebagian lagi penasaran dengan wujud asli dari buaya yang diceritakan oleh sang kakek.
Akhirnya ditemani sang kakek, penduduk yang berkumpul itu pergi ke tempat yang ditunjuk oleh sang kakek dan masih menemukan seekor buaya besar (panjangnya sekitar 5 meter)sedang terkapar lemah. Karena kaget dengan kebisingan disekitarnya buaya yang masih lemah ini tersadar dan berusaha menjauhi bibir pantai tetapi tetap saja ia dikerumuni oleh penduduk yang semakin lama semakin banyak.
Karena
merasa kasihan dan prihatin dengan kondisi buaya yang tidak berdaya ini
beberapa penduduk bersepakat untuk mengangkatnya ke darat mulai membersihkan
lumut dan tiram tebal yang ada dipnggung buaya. Dan Alhamdulillah sang buaya pun bisa diajak kompromi dan tidak mengamuk ketika
dirinya dibersihkan dan diangkat ke
darat. Namun sayangnya setelah diangkat kedarat sang buaya bukannya mendapatkan
ketenangan untuk istirahat, ia malah menjadi
bahan tontonan banyak orang.
Kabar buaya terdampar ini
terdengar sampai ke beberapa perkampungan di
sekitar tile-tile yang diceritakan oleh beberapa oengguna motor yang melewati pantai
tile-tile. Beberapa diantara mereka
menyembatkan diri ntuk singgah dan berfoto. Kabar ini pun mengungkap beberapa
kisah unik dari kepercayaan masyarakat setempat. Ada yang mengaku bahwa buaya
ini adalah pertanda bahwa akan datang mara bahaya yang melanda perkampungan
mereka, sebagian lagi percaya bahwa buaya ini adalah buaya penunggu di
sangkulu-kulu[3],
dan ada lagi sebagian besar mesyarakat setempat yang berpendepat bahwa buaya ini adalah buaya
jelmaan manusia karena memiliki 5 jari pada 2 kaki depannya. Dan pendapat
terakhir inilah yang paling banyak diakui dan diyakini oelh masyarakat
setempat. Bahkan ada beberapa penngnujung yang datang mengaku bahwa buaya ini
adalah keluarganya sambil mengangis dan menahan rasa sedihnya yang dalam.
Aneh rasanya jika ada yang
mengaku bahwa ada beberapa manusia yang merasa memiliki keluarga hewan,
terlebih lagi seekor buaya muara padahal sangat jelas secara biologis jumlah
gen yang dimiliki buaya dan manusia berbeda. Namun inilah realita yang
menggambarkan kondisi masyarakat kita yang masih memilih untuk percaya pada
mitos dan cerita masa lalu ketimbang mencari kebenaran yang tersembunyi dari sebah fakta.
[1] Salah
satu dusun yang ada di kabupaten
kepulauan selayar prov. Sulawesi selatan.
[2] (pecahan-pecahan
paralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik tebal yang hanyut terbawa arus
laut dan terdampar dipantai, biasanya di kumpulkan oleh sebagian masyarakat
selayar kemudian dijual kepada pengumpul dan selanjutnya dicacah kecil-kecil
dan didaur ulang)
[3] Sangkulu-kulu
adalah salah satu daerah yang memiliki sejarah dan tradisi tersendiri dan
sering dijadikan sebagai tempat pesta rakyat oleh mayarakat yang ada di
kecamatan bantosikuyu.