“ harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia…..” (Q.s. al
kahfi : 46)
“…Kami membantumu dengan harta
kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (Q.s Al
isra’ : 6)
Anak
adalah anugerah terindah yang dititipkan Sang Pencipta kepada manusai sebagai
pelengkap kebahagiaan dalam keluarga dimana kehadirannya selalu memberikan arti
tersendiri dihati, tawanya selalu memberikan
kebahagiaan dan tangisnya menjadi nyanyian pengusir sepi. Membahagiakannya
adalah suatu hal yang pasti ingin dilakukan oleh setiap orang tua. Anakyang lahir
kedunia ini masih dalam keadaan fitrah
dan suci ibarat sebuah kertas putih yang belum tergores, sehingga peran
orangtualah dalam mendidiknya yang akan menjadi penentu masa depan dan akhlak mereka apakah akan menjadi baik atau buruk.
Mendidik
anak bukanlah hal yang mudah dan ringan bagi orang tua karena anak adalah
orang terdekat kita dalam lingkungan
keluarga sehingga butuh keteladanan dari orangtuanya. Dimana apa yang diajarkan
orang tua akan dapat dilihat langsung pengaplikasiannya oleh anak dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam mendidik anak juga membutuhkan kesabaran yang
besar karena anak padadasarnya memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang
sangat besar sehingga terkadang orang tua melarang atau menahannya untuk melakukan sesuatu tetapi
sang anak malah melakukannya.
Apalagi
melihat realita sekarang ini yang mana aktifitas para orang tua juga lebih
banyak berada diluar rumah dibandingkan
didalam rumah dengan alasan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Tak jarang kita menemukan ada beberapa anak yang kedua orang tuanya bekerja
diluar rumah sampai akhirnya anak yang menjadi korban. Bahkan diantara mereka
hanya merasakan kasih sayang dari para pembantunya, tapun kasih sayang dari
guru-gurnya disekolah, tauppun bagi mereka yang tidak mendapatkan kasih sayang
dirumah ataupun disekolah akan mencari pelampiasan pada hall-hal yang bersifat
negative.
Realita
diatas menjadi salah satu dari berbagai
alasan orang tua memberikan pendidikan
yang terbaik kepada anak-ananya. Dimana dengan meberikan pendidikan yang
terbaik adalah salah satu cara yang menurut orang tua bisa memberikan
kebahagiaan kepada anak-anaknya bahkan ada sebagian orang tua yang memilihkan
pendidikan mahal dan bergensi untuk anak-anak mereka. Cara lainnya adalah
megikutkan anak-anak kedalam kegiiatan ekstrakurikelur di dalam dan luar
sekolah sehingga anak-anak menjadi sibuk sepanjang hari dengan kegiatan
akademiknya, sementara disisi lain orang tua menjadikan seluruh kegiatan-kegiatan
ini sebagai alasan pengganti peran mereka dalam membentuk karekter dan pribadi
anak-anaknya.
Sebahagian
lagi ada orang tua memberikan fasilitas tertentu kepada anak-anaknya yang terbilang mewah
seperti smartphone, i-Pad, Tab, dan sejenisnya. Pada kenyataannya barang-barang
ini bukannya membantu anak-anak untuk belajar tapi malah membantu anak-anak untuk semakin jauh dari
“pelajaran” mereka karena lebih asyik main game on line, social media dan
semacamnya. Pemberian barang-barang istimewa seperti yang disebutkan tadi sangat besar juga pengaruhnya kepada pembentukan
karakter anak-anak terkhusus bagi anak-anak yang sering main game online dimana
sebahagian besar game yang di tawarkan berbau
kekerasan seperti perampokan, peperangan dan pembunuhan. Maka tak heran jika
anak jaman sekarang sudah terbiasa membentak, memukul bahkan melawan orang
tuanya karena sebenarnya tanpa
sadar kita telah mengajari mereka
hal-hal seperti itu.
Sadar
atau tidak kondisi seperti inilah yang menjadi realita kebanyakan orang tua, dimana
peran orang tua untuk mendidik anaknya telah bergeser dan digantikan oleh
lembaga pendidikan ataupun fasilitas
(gadget) yang diberikan kepada anak..
Orang tua menyerahkan pendidikan anaknya secara penuh kepada sekolah sampai ada
beberapa orang tua rela menyekolahkan anaknya kesekolah-sekolah berkarakter
religius islam yang “menurut sebagian orangtua ”bisa mendidiki
ank-anak mereka dengan baik baik dari
segi akhlak maupun akademiknya. Sehingga tak jarang kita temui ketika anak-anak
bermasalah maka yang paling pertama disoroti adalah guru-gurnya disekolah
khususnya ketika anak-anak masih berada di
sekolah dasar dan menengah.
dan bagi mereka
para orang tua yang sibuk bekerja tak sedikit mereka memberikan kepada anak-anaknya
fasilitas-fasilitas mewah dirumah seperti
les tambahan, privat, PS, notebook dan
alat elektronoik lainnya dengan
tujuan agar anak-anak tidak bosan dirumah ketika pulang sekolah
sementara orang tuanya masih bekerja diluar rumah. Banyak orang tua
mengira dengan terpenuhinya segala kebutuhan materi anak akan bahagia dan bisa
berakhlak mulia secara instan padahal orang tua lupa bahwa anak tidak akan
merasa bahagia dengan segala kemewahan
disekelilingnya saja tetapi mereka juga butuh kasih saying dan perhatian yang
lebih dari orang tuanya. Bahkan untuk
mendampingi anak-anak memberikan cerita pengantar tiidur pun sangat jarang dilakukan karena ketika orang tua pulang
kerumah anak-anak bisanya sudah tidur lelap dan terbuai dialam mimpi.
Selain
itu ada pula orang tua yang memiliki kesibukan sangat padat diluar rumah
sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar menyapa dan memperhatikan
anak-anaknya kecuali saat sarapan
ataupun ketika mengantar dan menjemput anak-anak kesekolah, itupun jika orang
tua masih sempat melakukannya. Dan jika momen mengantar dan menjemput anak ini tidak digunakan dengan baik oleh orang tua
maka semakin tipislah kebersaaman dan perhatian
yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
Ada
banyak kesempatan yang bisa digunakan oleh orang tua untuk mendekati anaknya
meskipun orang tua memiliki kesibukan yang banyak karena hal ini bisa dilakukan
dalam waktu yang relative singkat namun bisa memberikan arti yang besar bagi
anak. Namun pertanyaannya sekarang
apakah orang tua mengetahui waktu-waktu yang tepat tersebut untuk bisa
melakukan pendekatan sekaligus
memberikan perhatian yang lebih kepada anak?
Bukankan
Rasulullah sebagai manusia yang paling menginspirasi sepanjang masa telah
meberikan contoh dan gambaran yang
sempurna kepada kita tentang bagaimana mendidik anak agar menjadi generasi
pelanjut yang memiliki karakter dan
akhlak yang mulia. Selama hidupnya beliau adalah manusia yang paling sayang kepada anak-anak serta
selalu meberikan perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada anak-anak.
Rasulullah telah memberikan contoh-contoh kongkrit bagaimana menasehati dan
menggunakan waktu yang tepat dalam mendidik dan berkomunikasi dangan anak.
Seperti
ketika Rasulullah sedang menunggangi seokor keledai bersama Ibnu Abbas, beliaupun tidak menyai-nyaiakn kesempatan ini
memberikan nasehat kepada Ibnu Abbas yang didahului dengan cara yang bijaksana
yaitu memberikan penggambaran atau pengibaratan yang memancing ibnu abbas untuk berfikir dan fokus. Pada kondisi ini
Beliau sangat mengetahui bahawa anak-anak akan sangat senang ketika sedang
berada diatas kendaraan dan diajak berkeliling-keliling agak jauh sehingga menasehati mereka pada saat itu akan lebih mudah untuk
didengarkan dan dipatuhi oleh anak karena mereka tidak merasa dipaksa ataupun
digurui. Pertanyaannnya sekarang adalah pernahkah kita memalkukan hal ini
ketika berada diatas kendaraan bersama
anak-anak? Mari merefleksi diri…..
Momen lainnya yang
bisa digunakan oleh orang tua untuk mendekati dan memberikan nasehat
kepada anak tanpa anak merasa sedang
digurui adalah saat makan. Orang tua
bisa menjalin keakraban dan memberikan perhatian yang lebih kepada anak dengan
menyempatkan makan bersama meskipun waktunya tidak lama, karena ketika orang
tua mengajak anaknya makan bersama anak
merasa mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan akan merasa senang dengan
hal tersebut. Nah dimomen seperti inilah
kita bisa menyelipkan beberapa nasehat ringan kepada anak dengan bahasa yang lembut dan bijaksana.
Hal ini pun pernah dicontohkan oleh Rasulullah yang memberikan nasehat kepada
anak-anak sahabatnya ketika mereka sedang makan. Mari merefleksi diri….. sebagao orang tua kita seharusnya bertanya
dalam hati seberapa sering kita memiliki momen untuk makan bersama dengan
keluarga?
Selain
kedua waktu tersebut diatas masih ada
beberpa waktu atau kesempatan yang
digunakan oleh orang tua untuk menasehati dan mendidik anaknya, misalnya ketika
anak sedang sakit ataupun ketika anak
hendak tidur. Ketika seorang anak sakit
akan ada kesempatan besar yang bisa digunakan oleh orang tua untuk
memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anak bahkan tak jarang pada
saat seperti ini pun anak menggunakannya
untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Nah, sebagai orang tua
jangan mau kalah dari anaknya, karena disini kita bisa meberikan perhatian yang
besar sambil memberikan nasehat dan
pengarahan yang lembut kepada anak serta meluruskan kesalahan-kesalahan yang pernah anak lakukan
sebelumnya. Menasehatinya dalam kondisi ini akan memberikan rasa tersendiri
dihati sang anak, karena ia akan merasa
betul-betul diperhatikan sehingga apapun yang disampaikan orang tuanya
diperhatikan dan didengarkannya.
Lain
lagi halnya ketika anak hendak tidur. Memberikan cerita hikmah serta nasehat,
ataupun dongeng sebelum tidur kepada anak sangat efektif untuk mendidik ataupun
menasehati anak karena ketika anak-anak
hendak tidur otaknya dalam keadaan alfa
sehingga apa yang kita sampaikan kepada mereka akan tersimpan sampai kealam
bawah sadarnya. Sebagaimana orangtua-orangtua kita dahulu pun sering memberikan
dongeng ataupun cerita penganta tidur setiap malamnya yang mungkin sampai
sekarang cerita tersebut masih segar dalam ingatan kita seperti kisah “nabi
daud”, “si kancil”, “abu nawas”, “maling kundang” dan lainnya. Terkadang sebelum cerita tersebut diakhiri maka
akan diselipkan beberapa makna atau pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah
tersebut.
Begitalah
cara orang-orang terdahulu menasehati dan mengajarkan kepada anak-anaknya sebuah
kebaikan tanpa harus menegur ataupun
menasehati secara langsung ketika anak melakukan kesalahan. Sejarah kehidupan
kita pun telah mencatat bagaimana orangtua-orangtua kita mendidik dan
mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.
Sebagai
orang tua sekarang ini mengapa kita tidak mencoba apa yang telah menjadi
sejarah masa lalu juga kita lakukan dalam mendidik anak-anak sebagai generasi
penerus?
***eNHaBeL***