Selasa, 21 April 2015

TIPE PEMBACA BUKU



Merasa belum kenal dengan buku? Lah… kok bisa? Berarti waktu sekolah SD ga pake dong……
Setiap orang sudah terbiasa berinteraksi dengan buku. Bahkan sejak masih duduk di bangku TK dan SD buku menjadi sahabat yang akrab dengan status penghun i tas yang paling setia dibandingkan peralatan sekolah lainnya. Tapi yang ingin saya tanyakan sekarang : “sejak lulus SMA apakah buku masih berstatus sebagai penghuni tas anda yang paling setia?”
Banyak diantara kita yang menjadikan buku hanya sebagai pelengkap saat sekolah atau bahkan kuliah saja. Tak jarang membeli buku hanya untuk menghiasi rak-rak buku yang masih kosong, atau hanya sebagai bahan bacaan wajib saat kuliah, bahkan kadang ada buku yang sudah di beli sejak awal tahun lalu sampai sekarang masih terbungkus rapi lantaran tak pernah disentuh.
Sebenarnya niat baca ngga sih?
Banyak diantara kita yang menjadikan buku hanya sebagai pelengkap saat  sekolah atau bahkan kuliah saja. Tak jarang membeli buku hanya untuk menghiasi rak-rak buku yang masih kosong, atau hanya sebagai bahan bacaan wajib saat kuliah, bahkan kadang ada buku yang sudah di beli sejak awal tahun lalu sampai sekarang masih terbungkus rapi lantaran tak pernah disentuh. Sungguh Terlalu >>>>> sebenarnya niat baca ngga sih…..???
 Ada lagi sebagian orang yang sangat rajin beli buku dan memulai membaca buku tapi sampai 2 atau 3 bulan buku yang di bacanya tidak kelar-kelar juga, bahkan tak jarang orang yang tipe seperti ini menjadikan buku sebagai pengantar tidur saja. Kadang setelah berbulan-bulan buku tersebut sudah kusut dan robek dibeberapa bagian bukan karena sudah berkali-kali dibaca tetapi sudah berkali-kali dijadikan alas tidur akhirnya ganti buku baru lagi karena alasan sudah bosan….. ini sih namanya tipe Lemot >>>> hemmm ini sih namanya penganiyayaan terhadap buku…….. sisi hal lain dari tipe pembaca yang ini, terkadang mereka memiliki stok buku yang banyak dan bahkan ada beberapa yang sudah lusuh namun sayangnya hanya 3 dari 10 buku yang dimilikinya yang selesai dibaca dari awal sampai akhir.
Terus ada  lagi  orang yang tipe penggila buku. setiap ada buku baru atau pameran buku ia tak pernah  alpa. Bahkan dalam setiap bulan ada saja buku baru yang dibelinya,  dan  setiap buku baru yang dibelinya itu tak pernah bertahan lama di rak karena ia  selalu penasaran dengan isi buku-buku yang dibaru dibelinya. Sayangnya untuk tipe yang ini jumlahnya hanya sedikit jika di bandingkan dengan yang pertama dan yang kedua. Bahkan semakin hari semakin sedikit saja jumlahnya karena kemajuan tekhnologi sekarang ini, yang kadang menggeser kedudukan buku sebagai sumber bacaan utama. yuuuukk mari…..save buku lovers……
 Bahkan untuk kategori akutnya tipe ke tiga ini, kadang mereka tak mau masuk ke toko buku atau  bahkan hanya sekedar lewat di depan  toko buku saja mereka tak mau. Alasannya  sangat sederhana sekali….. mereka tak mau sakit hati liat buku baru dan menarik tapi sayang dompet lagi tak berisi.
Tipe lainnya dan mungkin hampir mirip dengan  tipe pembaca yang ketiga adalah orang yang suka baca buku namun jarang beli buku. Tipe yang ini juga kadang membuat jengkel tipe ketiga karena kadang mereka semangat dan sering meminjam buku pada buku lovers namun sayangnya suka telat mengembalikannya. Nah..... lo…… bukunya dikemenain???  Sebenarnya untuk tipe yang ini harusnya bisa berteman baik dengan pembaca tipe lemot selain bisa memberikan motivasi tipe ini juga bisa menghabiskan stok-stok buku tipe  lemot yang sudah mulai berdebu.
Dari semua tipe yang disebutkan berusahalah untuk menjadi tipe buku lovers yang selalu berusa mencari bahan bacaan baru namun perlu diperhatikan juga jangan sampai pada tahap akut. Jika belum bisa bisa mencapai tipe buku lovers paling tidak anda menjadi tipe terakhir namun perlu juga diperhatikan buku-buku orang lain yang telah anda pinjam mestinya harus dikembalikan teppat waktu. 
Bisa dibayangkan jika saja waktu SD dulu kita tidak memiliki buku, jadinya mungkin sekarang ini kita tidak akan mampu membaca dan dan menuliskan status di akun sosial media yang kita miliki sekarang ini.  Bahkan akaun-akun tersebut pun tidak akan bisa kita aktifkan ***NH***

Senin, 06 April 2015

Bermain Bersama Alam



Tulisan ini merupakan kisah yang sering terjadi di sekitar kita, saya hanya berusa menjabarkannya dalam bentuk cerita meskipun tokoh yang sedang dibicarakan adalah tokoh fiktif namun rangkaian kegiatannya adalah gabungan dari kisah-kisah nyata dari teman-taman penulis. tulisan ini juga pernah di ikutkan dalam lomba menulis di group Women Scrip & Co   tentang penguatan karakter dan penokohan. alhamdulllah dapat apresiasi dari teman-teman.
***
Ia lebih sering dipanggil Riri. Meski semua orang tahu nama aslinya bukan itu, namun tak  ada yang tahu pasti kapan nama itu  mulai melekat pada dirinya. Kini ia beranjak dewasa namun sifat kekanak-kanakannya tak ada yang berubah. Meski ia sudah kelas 3 SMA, Riri masih sering main kelerang bersama anak kecil sekitar rumahnya, bahkan tak jarang ia mengumpulkan anak-anak dikampung dan mengajaknya membuat rumah pohon atau pergi berenang di pantai yang tak jauh dari rumahnya.
Sejak pulang sekolah tadi, Riri sudah sibuk menyiapkan bekal dan peratan untuk rencananya hari ini. Ia akan menyusuri penggiran sungai yang ada di ujung kampung bersama beberapa anak kecil teman mainnya. Kemarin Ia telah berjanji jika mereka menemukan tebing dalam perjalanannya menyusuri pinggiran sungai menuju hulu maka ia akan mengajari mereka climbing danrappeling, namun jika mereka tidak menemukan tebing sampai di hulu sebagai gantinya ia akan mengajak mereka memanjat rumah pohon yang ada di kebunnya tepat di muara sungai tempat mereka akan memulai perjalanan hari ini.
Riri mengencangkan tali harness di pinggangnya, tak lupa mengecek kembali peralatannya takut ada yang ketinggalan. carabiner, figure eight dan beberapa tali prusik ia masukkan kedalam tas salempang birunya. Ia letakkan tas bersama Topi pet dan sepatu ketsnya di  serambi sambil menunggu anak-anak yang akan menemani perjalanannya hari ini. Angin yang berhembus lembut mengibaskan rambutnya yang terurai panjang. Saat itulah Riri baru sadar,  ia tak pernah lagi climbing dan rappelling sejak rambutnya melewati bahu. Bukan untuk  alasan savety atau sayang jika rambutnya  di potong, tetapi karena ia harus fokus belajar untuk persiapan Ujian akhir Sekolahnya sejak awal naik kelas 3.
Ia berlari mencari-cari Sabrina sembari berharap sang adik tidak sedang tidur, karena dia ingin meminta bantuan Sabrina untuk mengepang rambutnya. Diruang tengah ia mendapati  ibu sedang mengepang rambut adiknya. Pelan-pelan ia mendekat dan memilin rambutnya memberi kode kepada sang adik berharap Sabrina bisa mengerti maksudnya. Ternyata ibunya lebih cepat mengerti maksudnya, “tumben hari ini kamu ingin kepang juga?” ujar sang ibu sembari menatap Riri dari kepala sampai ujung kaki.
“jangan bilang hari ini kamu mau pergi panjat  tebing  lagi, Padahal besok masih ada satu ujian sekolahmmu?” lanjut sang ibu yang masih fokus memandangi harness yang terpasang di pinggang Riri. Riri hanya bisa tersenyum manis dan duduk di depan ibunya member tanda agar rambutnya juga di kepang  dua. 
 riri hanya tersenyum memandang ibunya.......