Tulisan ini merupakan kisah yang sering terjadi di sekitar kita, saya hanya berusa menjabarkannya dalam bentuk cerita meskipun tokoh yang sedang dibicarakan adalah tokoh fiktif namun rangkaian kegiatannya adalah gabungan dari kisah-kisah nyata dari teman-taman penulis. tulisan ini juga pernah di ikutkan dalam lomba menulis di group Women Scrip & Co tentang penguatan karakter dan penokohan. alhamdulllah dapat apresiasi dari teman-teman.
***
Ia lebih
sering dipanggil Riri. Meski semua orang tahu nama aslinya bukan itu, namun
tak ada yang tahu pasti kapan nama
itu mulai melekat pada dirinya. Kini ia
beranjak dewasa namun sifat kekanak-kanakannya tak ada yang berubah. Meski ia
sudah kelas 3 SMA, Riri masih sering main kelerang bersama anak kecil sekitar
rumahnya, bahkan tak jarang ia mengumpulkan anak-anak dikampung dan mengajaknya
membuat rumah pohon atau pergi berenang di pantai yang tak jauh dari rumahnya.
Sejak pulang
sekolah tadi, Riri sudah sibuk menyiapkan bekal dan peratan untuk rencananya
hari ini. Ia akan menyusuri penggiran sungai yang ada di ujung kampung bersama
beberapa anak kecil teman mainnya. Kemarin Ia telah berjanji jika mereka menemukan
tebing dalam perjalanannya menyusuri pinggiran sungai menuju hulu maka ia akan
mengajari mereka climbing danrappeling, namun jika mereka tidak menemukan
tebing sampai di hulu sebagai gantinya ia akan mengajak mereka memanjat rumah
pohon yang ada di kebunnya tepat di muara sungai tempat mereka akan memulai
perjalanan hari ini.
Riri mengencangkan
tali harness di pinggangnya, tak lupa mengecek kembali peralatannya takut ada
yang ketinggalan. carabiner, figure eight dan beberapa tali prusik ia masukkan
kedalam tas salempang birunya. Ia letakkan tas bersama Topi pet dan sepatu
ketsnya di serambi sambil menunggu
anak-anak yang akan menemani perjalanannya hari ini. Angin yang berhembus
lembut mengibaskan rambutnya yang terurai panjang. Saat itulah Riri baru sadar,
ia tak pernah lagi climbing dan rappelling
sejak rambutnya melewati bahu. Bukan untuk alasan savety atau sayang jika rambutnya di potong, tetapi karena ia harus fokus
belajar untuk persiapan Ujian akhir Sekolahnya sejak awal naik kelas 3.
Ia berlari
mencari-cari Sabrina sembari berharap sang adik tidak sedang tidur, karena dia
ingin meminta bantuan Sabrina untuk mengepang rambutnya. Diruang tengah ia
mendapati ibu sedang mengepang rambut
adiknya. Pelan-pelan ia mendekat dan memilin rambutnya memberi kode kepada sang
adik berharap Sabrina bisa mengerti maksudnya. Ternyata ibunya lebih cepat
mengerti maksudnya, “tumben hari ini kamu ingin kepang juga?” ujar sang ibu
sembari menatap Riri dari kepala sampai ujung kaki.
“jangan
bilang hari ini kamu mau pergi panjat
tebing lagi, Padahal besok masih
ada satu ujian sekolahmmu?” lanjut sang ibu yang masih fokus memandangi harness
yang terpasang di pinggang Riri. Riri hanya bisa tersenyum manis dan duduk di
depan ibunya member tanda agar rambutnya juga di kepang dua. riri hanya tersenyum memandang ibunya.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar