Senin, 06 April 2015

Bermain Bersama Alam



Tulisan ini merupakan kisah yang sering terjadi di sekitar kita, saya hanya berusa menjabarkannya dalam bentuk cerita meskipun tokoh yang sedang dibicarakan adalah tokoh fiktif namun rangkaian kegiatannya adalah gabungan dari kisah-kisah nyata dari teman-taman penulis. tulisan ini juga pernah di ikutkan dalam lomba menulis di group Women Scrip & Co   tentang penguatan karakter dan penokohan. alhamdulllah dapat apresiasi dari teman-teman.
***
Ia lebih sering dipanggil Riri. Meski semua orang tahu nama aslinya bukan itu, namun tak  ada yang tahu pasti kapan nama itu  mulai melekat pada dirinya. Kini ia beranjak dewasa namun sifat kekanak-kanakannya tak ada yang berubah. Meski ia sudah kelas 3 SMA, Riri masih sering main kelerang bersama anak kecil sekitar rumahnya, bahkan tak jarang ia mengumpulkan anak-anak dikampung dan mengajaknya membuat rumah pohon atau pergi berenang di pantai yang tak jauh dari rumahnya.
Sejak pulang sekolah tadi, Riri sudah sibuk menyiapkan bekal dan peratan untuk rencananya hari ini. Ia akan menyusuri penggiran sungai yang ada di ujung kampung bersama beberapa anak kecil teman mainnya. Kemarin Ia telah berjanji jika mereka menemukan tebing dalam perjalanannya menyusuri pinggiran sungai menuju hulu maka ia akan mengajari mereka climbing danrappeling, namun jika mereka tidak menemukan tebing sampai di hulu sebagai gantinya ia akan mengajak mereka memanjat rumah pohon yang ada di kebunnya tepat di muara sungai tempat mereka akan memulai perjalanan hari ini.
Riri mengencangkan tali harness di pinggangnya, tak lupa mengecek kembali peralatannya takut ada yang ketinggalan. carabiner, figure eight dan beberapa tali prusik ia masukkan kedalam tas salempang birunya. Ia letakkan tas bersama Topi pet dan sepatu ketsnya di  serambi sambil menunggu anak-anak yang akan menemani perjalanannya hari ini. Angin yang berhembus lembut mengibaskan rambutnya yang terurai panjang. Saat itulah Riri baru sadar,  ia tak pernah lagi climbing dan rappelling sejak rambutnya melewati bahu. Bukan untuk  alasan savety atau sayang jika rambutnya  di potong, tetapi karena ia harus fokus belajar untuk persiapan Ujian akhir Sekolahnya sejak awal naik kelas 3.
Ia berlari mencari-cari Sabrina sembari berharap sang adik tidak sedang tidur, karena dia ingin meminta bantuan Sabrina untuk mengepang rambutnya. Diruang tengah ia mendapati  ibu sedang mengepang rambut adiknya. Pelan-pelan ia mendekat dan memilin rambutnya memberi kode kepada sang adik berharap Sabrina bisa mengerti maksudnya. Ternyata ibunya lebih cepat mengerti maksudnya, “tumben hari ini kamu ingin kepang juga?” ujar sang ibu sembari menatap Riri dari kepala sampai ujung kaki.
“jangan bilang hari ini kamu mau pergi panjat  tebing  lagi, Padahal besok masih ada satu ujian sekolahmmu?” lanjut sang ibu yang masih fokus memandangi harness yang terpasang di pinggang Riri. Riri hanya bisa tersenyum manis dan duduk di depan ibunya member tanda agar rambutnya juga di kepang  dua. 
 riri hanya tersenyum memandang ibunya.......

Tidak ada komentar: